Kamis, 01 Mei 2014

PROSES TERBENTUKNYA TANAH


Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, berikut lebih detail tentang proses terbentuknya tanah.

Tahap I : Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan – perubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), juga kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada pori – pori batuan membentuk es), yang menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan – rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah – pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus.

Kemudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral – mineral lempung.

Tahap II : Pada tahap ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan – rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga dengan proses – proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan mulai terdapat calon makhluk hidup (Organic Matter).

Tahap III : Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh – tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan – lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.

Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor keasaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi air).

Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan – rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan – lapisan tanah yang lebih tebal.

Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian(leaching) terhadap lapisan-lapisan yang dilaluinya. Sehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horizon-horozon tanah.

Tahap IV : Pada tahap ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan – tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar, menyebabkan akar – akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap – tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.

Kemudian pada tahap ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang ter-infiltrasi(meresap) ke dalam lapisan – lapisan tanah membawa mineral – mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan – lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi mineral – mineral tertentu pada lapisan – lapisan tanah tertentu membentuk horizon tanah. Horizon – horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Sumber :
http://smakita.net/proses-pembentukan-tanah/
http://www.anneahira.com/proses-terbentuknya-tanah.htm
http://mastugino.blogspot.com/2012/11/proses-pembentukan-tanah.html
http://mochainurrudin01.files.wordpress.com/2013/01/pelapukan-batuan.jpg
http://mukegile08.files.wordpress.com/2012/02/ddit2btgs2baa2bg011.jpg

MACAM MACAM PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.

Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.

Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.

Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :

a. Pelapukan fisik
b. Pelapukan kimia
c. Pelapukan biologis

Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru.

Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.

Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.


Sumber :
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/11/proses-pembentukan-tanah.html
http://4.bp.blogspot.com/-3HB67_-8fdg/UOWjR5gA5vI/AAAAAAAAFlM/UW47hELdZM0/s1600/gggg.jpg
http://belajargeodenganhendri.files.wordpress.com/2011/04/hal_5.jpg

FAKTOR PEMBENTUK TANAH

Dalam pandangan Ilmu Tanah,   tanah  jauh lebih kompleks dari sekedar bahan di alam yang merupakan hasil pelapukan dari batuan (rock).  Tanah tersusun dari komponen organik dan komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi dan disintegrasi,  berbagai macam gas, dan juga air. Tanah  juga mengandung berbagai macam organisme baik mikro, meso maupun makro dalam jumlah yang banyak.

Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui  proses pembentukan tanah (pedogenesis)  dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk (parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:


T = f (i, o, b, t, w)........................... jenny (1941)

Keterangan:

T = tanah b = bahan induk

f = faktor t = topografi

i = iklim w = waktu

o = organisme

Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.

a. Suhu/Temperatur

Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.

b. Curah hujan

Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.

d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3. Bahan Induk


Menurut Jenny (1941)
Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.

Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:

a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah

Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.

b. Sistem drainase/pengaliran

Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.

Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.

Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

Kosa Kata

Soil : tanah

Land : lahan

Fisis : benda-benda mati di sekitar kita

Biotik : benda hidup

Abiotik : benda mati

Relief : tinggi rendahnya permukaan bumi

Topografi : ketinggian tempat atau lereng

Vegetasi : tumbuhan Jasad renik/

Mikroorganisme : makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil

Organisme : makhluk hidup

PENGERTIAN TANAH MENURUT PARA AHLI

Tanah adalah akumulasi tumbuhan alam yang bebas dan menduduki sebagian besar lapisan atas permukaan bumi. Ada empat lapisan dari tanah yakni, lapisan tanah atas (topsoil), lapisan tanah bawah (subsoil), lapisan batuan induk terlapuk (regalith) dan lapisan batuan induk (bedrock).


Menurut beberapa ahli pengertian tanah sebagai berikut.

  • J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi.
  • Justus Von Liebig (jerman 1840), mengajuka teori keseimbangan hara tanaman (theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah sebagai tabung reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara tanamannya.
  • Fiedrich Fallon (1855), ahli geologi tanah adalah lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batu-batuan  yang telah lapuk.
  • Ahli fisika bumi, A.S. Thaer (1909) tanah adalah bahan-bahan  yang remah dan lepas-lepasyang merupakan  akumulasi dan campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur lainnya.
  •  Thornbury (1957), seorang ahli geomorfologi  tanah sebagai bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-proses fisik, kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacam-macam dan bekerja selama periode tertentu. 
  • Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief.
  • C.F. Marbut (Rusia 1914) tanah sebagai lapisan luar kulit bumi yang biasanya bersifat tidak padu (unconsolidated), gembur mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur, sifat-sifat fisik, susunan kimiawi, proses-proses kimia, sifat biologi dan morfologinya.
  • Schroeder (1984) tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation) bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (definable).
  • SSM-USDA (1989) tanah diartikan sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam dipermukaan bumi yang dibeberapa tempat diubah atau dibuat oleh orang menjadi bentuk-bentuk tertentu, yang mengandung mahkluk  hidup dan menopang atau mampu untuk tumbuh tanaman secara alami.
  • Humphry Davy (Inggris 1913), tanah adalah sebagai laboratorium alam yang menyediakan unsur hara bagi tanaman. 
  • Romman (Jerman !917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di rombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama dengan sia-sia tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di atasnya.
  • Wenner (1918), tanah adalah hitam tipis yang menutupi bahan padat kering, terdiri atas partikel-partikel kecil yang remah dan sisa-sisa vegetasi dan hewan tanah adalah medium bagi tanaman.
  • Alfred Mistscherlich (1920), tanah adalah campuran bahan padat berupa partikel-partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
  • Jacob S. Joffe (1949), tanah merupakan benda lam yang tersusun oleh horison-horison yang terdiri dari bahan-bahan kimia mineral  dan bahan organik, biasanya tidak padu dan mempunyai tebal yang dapat di bedakan dalam hal morfologi fisik,kimia dan biologinya.
  • E. Saifudin Sarief (1986) tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahn-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan dan bahan organik (pelapukkan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertubuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu  yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukkan.
  • M. Isa Darmawijaya, tanah merupakan akumulasi alam bebas yang menduduki sebagian planet bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induknya dalam keadaan relief tertentu selama jangka  waktu tertentu.
  • James (1995), tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lainya, yaitu cair alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem.
Sumber
http://www.famousscientists.org/justus-von-liebig/
http://fr.wikipedia.org/wiki/J%C3%B6ns_Jacob_Berzelius
http://imusmus.blogspot.com/2013/03/pengertian-tanah-menurut-para-ahli.html
http://fransischa09.blogspot.com/2012/05/pengertian-geografi-tanah.html
http://pinterdw.blogspot.com/2013/04/pengertian-tanah-menurut-ahli.html
http://mohamad-ilmu.blogspot.com/2012/03/pengertian-tanah-menurut-ahli.html